Apakah Masker Mencegah Virus Corona? Para Ahli Menjawab

Para ahli mempunyai jawabannya tersendiri dengan pendapat yang berbeda mengenai penggunaan masker apakah efektif dan ampuh untuk mencegah virus corona dan tentunya memutus rantai penyebaran penyakit covid-19.

Untuk pertama kalainya, Center for Disease Control and Prevention (CDC) telah merekomendasikan bahwa orang yang sehat harus menggunakan masker kesehatan untuk menutupi mulut dan hidung ketika pegi ke luar rumah sekadar menghirup oksigen.

Apakah Masker dapat Mencegah Virus Corona? Para Ahli Punya Jawaban
masker fabrikasi rumah mencegah covid19. pexels

Karena sejatinya keuar rumah berarti bertemu banyak orang dan akan sangat sulit untuk bisa menjaga jarak dari orang lain apabila terlalu padat misal pada tranpsortasi umum. Namun, masih ada perdebatan serius tentang apakah masker—terutama fabrikasi rumahan—dapat menghambat penyebaran SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.

Tentang efektivitas masker mencegah virus corona

Peneliti, menulis dalam dua jurnal berbeda, berusaha mencari tahu efisiensi dari masker, yang berbeda tipe, dan mereka menemukan kesimpulan yang berbeda satu sama lain. Inilah pandangan mereka mengenai virus mematikan ini.

RajaBackLink.com

Satu studi menunjukkan bahwa efektivitas masker dalam keluarga coronavirus musiman (yang menyebabkan flu biasa) dan menemukan bahwa masker bedah sangat membantu untuk mereduksi eksistensi virus dalam penyebarannya.

Dan yang lainnya melihat bahwa dalam kasus SARS-CoV-2, masker bedah dan masker fabrikasi rumah atau yang lainnya tidak efektif dalam menangkal wabah virus yang sudah menjangkiti hampir seluruh dunia.

Baca juga: Satu orang di Korsel Menginfeksi Virus Corona ke 40 orang lainnya

Dalam catatan akhir, para ahli berkata, bahwa masker dapat mencegah orang yang sehat dari virus airborne yang sedang berjalan-jalan di udara, menunggu menancapkan untaian asam amino ke dalam sel inang.

Namun, bukti untuk menunjukkan efisiensi dari masker baik itu bedah maupun fabrikasi rumah terbatas, dan masker bukanlah salah satu yang langkah terpenting mencegah coronavirus.

“Memasang masker bukan berarti kamu akan memberhentikan rantai penyebarannya,” kata May Chu, seorang profesor klinik epidemiologi di Colorado School of Public Health. Jadi praktisi pencegahan lainnya juga harus dilakukan, seperti mencuci tangan dan jangan pernah menyentuh area wajah setelah berpergian, katanya.

Dasar dari masker kesehatan

Rekomendasi mengenai masker dapat membingungkan banyak orang, karena tiap-tiap masker bisa berbeda tipe dan secara fungsional juga berbeda-beda.

Baca juga: Inilah Efek Dari Perang Nuklir

Misalnya saja masker N95 yang mampu secara efektif mencegah penyebaran virus. Masker N95, ketika dipasang dengan benar dan ditutup rapat, dapat memfilter 95% dari partikel yang berukuran 0,3 mikron atau lebih besar.

Namun, masker N95 saat ini dalam kondisi yang serius, karena demand yang terlalu banyak, membuat harganya semakin meroket tinggi. Dan mereka, para pejuang kita, yaitu para tenaga medis, sedang terekspos bahaya yang lebih besar karena tidak menggunakan masker jenis ini akibat kekurangan.

CDC tidak merekomendasikan menggunakan masker N95 dan masker bedah di tempat umum. Pertama karena alasan kekurangan dan tingginya permintaan jumlah pembeli baik dari kalangan profesional maupun rakyat biasa. Lalu yang kedua adalah karena masker bedah tidak efektif dalam menangkal virus corona, alias tidak sekaliber dengan masker N95.

Maka, hal itu hanya meninggalkan satu-satunya fabrikasi masker kesehatan, yaitu produk buatan rumah, yang saat ini direkomendasikan penggunaannya oleh CDC.

Karena banyaknya kekurangan bagi tenaga medis profesional mengenai masker N95 dan masker bedah, hal ini yang menyebabkan banyak otoritas kesehatan publik tidak percaya bahwa menggunakan masker dapat mencegah seseorang dari menangkap virus yang sudah berada di lingkungan.

Aliran udara mengikuti jalur dengan resistansi yang lebih sedikit, kata Rachael Jones, profesor dari keluarga dan pencegahan medis di University of Utah yang tidak terkait dengan riset dalam tautan di artikel ini.

Jika partikel virus sudah ada dekat dengan kita, mereka akan lebih mudah masuk ke dalam masker fabrik dan masker bedah karena terlalu tipis dan bukan yang paling efektif.

Namun bagaimana dengan sebaliknya, bagaimana apabila kita bersin atau batuk ketika menggunakan masker? Tentu hal ini menarik karena sebenarnya dalam studi tersebut yang paling ingin diketahui adalah jumlah virus yang ada dalam suatu masker secara perbandingan mendetil.

Efektivitas masker kesehatan

Satu studi, dipublikasikan pada 6 April 2020 di jurnal Annals of Internal Medicine, menemukan bahwa masker tidaklah efektif. 

Baca juga: Apakah Berjemur dapat Membunuh Virus Corona?

Di studi tersebut, yang dipimpin oleh peneliti asal Korea Selatan, ikut andil dalam menanyakan empat pasien dengan covid-19 untuk batuk dalam suatu petri dish dari jarak 20 cm.

Pasien yang diteliti ini disuruh batuk tanpa menggunakan masker, menggunakan masker bedah, dann menggunakan masker katun (fabrikasi).

Namun, pada kenyataannya, masker tidak secara signifikan mampu mereduksi eksistensi suatu virus. 

Studi tersebut juga menemukan suatu hasil yang aneh bahwasanya kebanyakan swabs dari luar masker pasien itu positif virus corona dan bagian masker dalamnya negatif. Peneliti mengatakan mungkin turbulensi udara dari batuk membawa virus keluar dari masker, tapi penjelasan tersebut tidak memuaskan, menurut Jones.

Jadi cukup aneh apabila bagian luar masker ketika dites swab hasilnya positif sementara bagian dalamnya negatif.

Studi lainnya yang dipublikasikan pada 3 April 2020 di jurnal Nature Medicine, menggunakan metode sampling dan koleksi yang lebih kompleks. Peneliti mengajak 426 relawan untuk bernafas selama 30 menit dalam suatu alat mirip seperti cone.

Dari relawan tersebut, 43 pasien punya influenza, 54 pasien mempunyai rhinovirus, dan 17 pasien mempunyai flu biasa dari keluarga Coronaviridae sp. Melalui metode ini, ilmuwan menemukan cara untuk menghitung jumlah virus yang ditemukan dalam droplet partikel, yang mana lebih daripada lima mikron dalam diameter.

Dan mengenai masker? Masker bedah mampu mereduksi virus yang dilepaskan dari seorang yang sakit dalam bentuk tetesan partikel, tapi tidak aerosol untuk influenza. 

Tentu saja para ahli, baik itu ilmuwan ataupun peneliti, mereka masih meragukan mengenai kegunaan dan tingkat fungsionalitas dari masker non-N95, alias masker biasa.

“Bagi saya, tidak akan berbahaya untuk memakai masker-masker seperti ini, namun ketika melihat dari studi ini maka kegunaannya sedikit,” kata Jones. Ukuran sampel dari virus corona (SARS-CoV-2) itu kecil, katanya, dan tentu melihat kapabilitas filtrasi masker dalam partikel kecil bagi masker non-N95 seperti tidak efisien.

Satu hal disetujui oleh banyak orang adalah, efektivitas masker buatan atau masker katun atau masker apapun itu yang biasa dipakai sehari-hari sangat tidak efektif untuk menangkal penyebaran virus. Belum lagi mengingat bawa masa inkubasi virus bisa bervariasi hingga sampai dua minggu.

Sumber dari LiveScience.