fbpx

Bagaimana Ilmuwan di Antartika Hidup Tanpa Tersentuh Pandemi

Dalam suatu lanskap yang luar biasa luas di Antartika, terletak Stasiun Davis, dimana 24 orang “terperangkap” di dalam musim dingin berkepanjangan. Inilah gambaran hidup ilmuwan di antartika yang tak terdampak virus corona

Walaupun terjadi tiap tahun, dengan kru musim dingin mengambil observasi atmosferik, membenarkan kamera seabird, dan mencari stasiun ketika matahari perlahan terbit, tahun ini terasa berbeda.

“Ini adalah momen mengkhawatirkan bagi kita semua di Antartika,” kata David Knoff, ketua dari Stasiun Davis seperti diwartakan ScienceAlert dalam surel.

“Kita tidak punya gambaran bagaimana kehidupan yang ada di bumi.” Tambahnya.

RajaBackLink.com

Ketika pandemi COVID-19 menyebar ke seluruh dunia, ada beberapa tempat dimana virusnya tidak dapat menyentuh sama sekali.

Bahkan ratusan kilometer di atas Bumi, COVID-19 telah membuat kru Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tidak tersentuh juga oleh virus corona. Satu bulan yang lalu (April 2020), Ekspedisi ke-63 pergi dari roket Soyuz ke ISS, setelah berminggu-minggu dikarantina dan diawasi secara ketat.

“Aku tahu aku sedang dalam masa karantina selama dua minggu, tetapi apa yang terasa berbeda adalah semua orang di sekitar kita juga mengalami karanatina,” kata Chris Cassidiy, astronot Amerika dalam wawancaranya di NASA TV.

“Ini akan jadi momen berbeda bagi kru di Baikonur Cosmodrome.” Tambahnya.

stasiun antartika, antarctic base casey australia
Graham Denyer/Wikimedia Commons CC-BY-SA 4.0

Di sisi lain, Stasiun Davis, tim musim panas baru saja meninggalkan Antartika di pertengahan bulan februari—ketika efek COVID-19 di seluruh dunia mulai terasa.

Sekarang kru musim dingin pun mengalami hal yang serupa, namun alih-alih terkena virus corona, mereka tetap aman berada di stasiun davis tanpa adanya eksposur terhadap virus.

Di dalam stasiun davis terdapat 24 orang dengan kewarganegaraan Australia dan New Zealand yang meneliti dan mengobservasi menggunakan berbagai macam instrumen di Antartika.

“Tak seorang pun pernah mendengar COVID-19 ketika kami pergi dari Australia Oktober lalu, namun virus ini membawakan dampak bagi Australian Antarctic Program pada awal Januari,” kata Knoff, kru musim panas Stasiun Davis.

“Konsekuensi dari suatu pandemi di dalam stasiun akan sangat fatal dimana hanya ada satu orang dokter dan alat medis yang seadanya,” tambah Knoff.

Senada dengan hal tersebut, terdapat 70 basis (stasiun) di Antartika yang menyebar luas dalam kontinen es seluas Amerika Serikat dan Meksiko digabung. Pada musim dingin, stasiun-stasiun yang ada di Antartika ditinggali oleh setidaknya 1.000 orang, dan pada musim panas angkanya bisa mencapai 4.000 orang.

Divisi Antartika Australia saat ini mempunyai 89 kru musim dingin di empat stasiun antartikanya. Tim dari Australia sudah menyiapklan dari jauh-jauh hari tentang kehidupan di Antartika dimana matahari tidak akan bersinar selama beberapa minggu, namun di momen pandemi ini pengalamannya sedikit berbeda.

“Hal ini (pandemi COVID-19) membuat pergi jauh dari rumah sedikit lebih menantang,” kata Knoff.

“Normalnya, orang-orang akan senang ketika mereka pulang ke rumah, namun dengan adanya penyakit COVID-19, banyak orang kehilangan pekerjaan, dan dipaksa untuk tetap di rumah serta tidak berpergian, khawatir ketika orang tersayang sakit.”

24 Warga Negara Australia dan Warga Negara New Zealand di Davis Station tetap berpikiran positif. Mereka mempunyai stok film yang banyak, biskuit Tim Tam, dan sebuah koneksi WiFi. Tak lupa penguin yang akan hadir ketika mereka membuka pintu stasiunnya.

“Hal pertama yang aku lakukan ketika pulang adalah melihat keluargaku dan teman-teman, yang mana saat ini akan jadi satu-dengan-satu atau melalui Skype,” kata Knoff.

“Dampak dari virus corona terhadap riset saintifik di bawah sini kemungkinan akan terasa pada musim panas selanjutnya,” pungkas Dan Dyer, ilmuwan musim dingin di Stasiun Davis, diwartakan ScienceAlert.

“Ketika tidak ada finalisasi, akan sangat mungkin bahwa beberapa proyek yang akan dilakukan pada musim panas berikutnya akan ditunda atau diganti.”

Tiap musim panas, macam-macam ilmuwan menggapai trek di kontingen dingin Antartika. Mereka menghitung jumlah populasi penguin dan burung laut, mengoleksi data dari seismometer dan stasiun-stasiun GPS, melaksanakan eksperimen mencari neutrino, dan mempertahankan observatorium atmosferik untuk kebutuhan permodelan cuaca dan riset perubahan iklim.

Bagi kru musim dingin, tentu perjalanannya masih sangat jauh. Tim yang ada Davis masih harus melaksanakan gugus tugas selama beberapa bulan lagi sebelum akhirnya pulang ke Australia dan New Zealand. Untungnya, stasiun tersebut punya banyak stok makanan apabila ada sesuatu terjadi di luar dugaan.

Namun ketika mereka diproteksi oleh lahan dingin penuh es, mereka tentu masih merasakan bahwa dampak COVID-19 membawakan ketidakpastian daripada sekedar penyakitnya saja.

sumber: https://www.sciencealert.com/hunkering-down-for-an-antarctic-winter-during-covid-19