Kita Sudah 6 Bulan Dalam Pandemi. Gimana Gambaran 12 Bulan ke Depan?

Kita semua sudah memasuki fase enam bulan dari pandemi COVID-19 yang sudah mengguncang ekonomi dan kesehatan manusia. Sudah lebih dari 10,5 juta jiwa terinfeksi, dengan lebih dari 500.000 nyawa ditelan oleh penyakit COVID-19.

Sejauh ini, kita telah melihat perkembangan bagaimana virus corona menyebar di Indonesia, bahkan sampai detik tulisan ini diterbitkan, Jawa Timur khususnya Surabaya terus menambahkan kasus yang tinggi hingga menjadi zona hitam.

Belum lagi daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Apakah Indonesia ini lambat dalam bergerak? Apakah semua ini salah pemerintah? Apakah semua ini salah warganya? Memang banyak opini yang terdiversifikasi, tetapi bukan saatnya jadi agenda politik atau kudeta, ini semua soal kebersamaan.

Rakyat Indonesia banyak, beragam budaya, dan berada dalam satu ‘Bhinneka Tunggal Ika’. Ini harusnya jadi momentum untuk terus bergerak memutus penyebaran virus-virus mematikan seperti virus corona.

RajaBackLink.com

Tapi sejak diberitakan kasus pertama kali di Indonesia pada bulan Maret 2020 lalu, Indonesia saat ini sudah menempuh 63.749 kasus virus corona (6/7/2020).

Dan konfirmasi kasus bukannya berkurang tapi semakin bertambah setiap harinya. Ini sebenarnya Indonesia baru memasuki fase tiga bulan pandemi, tapi proses penyebarannya sudah masif, belum lagi spesimen yang belum terperiksa/mereka yang menunjukkan tidak ada gejala padahal positif COVID-19.

Bagaimana apabila kita terus melaju untuk hidup berdampingan dengan virus corona dalam 12 bulan ke depan? Berapa banyak kasus yang akan ada di dunia kala itu?

Milestone Vaksin akan diraih manusia

Sedikitnya 30 vaksin dari virus corona sudah mulai diuji coba ke manusia. Sekarang ini, 16 kandidat vaksin sudah dilakukan pengujian terhadap manusia dalam uji klinik, menurut Business Insider review.

Belum lagi menghitung salah satu variabel, di mana vaksin tidak akan tersedi untuk semua orang di dunia ini, karena memproduksi vaksin untuk 7 miliar jiwa lebih terlalu masif dan kapasitas manusianya tidak akan mampu.

Salah satu kandidat terkuat adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biotech Moderna, yang sudah mulai melakukan uji klinik sejak 16 Maret. Moderna menargetkan proses uji klinik tingkat akhir pada 30.000 orang di bulan Juli.

Pemerintah AS berharap pada Januari 2021 sudah ada ratusan juta vaksin yang siap didistribusikan. Ini akan menjadi milestone atau cetak rekor dalam sejarah vaksin.

Dr. Anthony Fauci berbicara kepada Kongres AS pada 23 Juni bahwa dia “tetap optimis” bahwa vaksin akan cepat terealisasikan pada akhir bulan tahun 2020 dan awal bulan Januari 2021.

Dampak pandemi virus corona ini sudah terlalu masif bagi kehidupan manusia hingga harus menyeragamkan diri dan adaptif terhadap dinamika perubahan terutama apabila ada situasi yang tidak dapat diprediksi seperti ini.

Tes COVID-19 dari Rumah Menjadi Mungkin

“Kapasitas diagnostik kami masih terlalu berantakan. Saya harap akan melihat hal itu berkembang dalam enam bulan ke depan, dan mungkin bisa melihat lebih jelas gambaran bagaimana virus bisa menyebar dari suatu komunitas ke komunitas lainnya,” kata Morse, epidemiologis dari Columbia University.

Para peneliti di seluruh dunia berpikir bahwa kasus sebenarnya dari virus corona jauh lebih banyak daripada yang diberitakan saat ini. Ketika test kit mulai tersedia di setiap rumah, maka hal tersebut akan membuat data yang sebenarnya lebih jelas berapa banyak orang yang kena.

Rapid Test di rumah semoga saja bisa cepat direalisasikan di Indonesia dalam enam bulan ke depan, mengingat trayektori perkembangan dan penyebaran virus ini cukup mengerikan.

Metode Pengobatan Lain Mulai Tersedia

Saat ini belum ada obat resmi yang dapat mengobati pasien penyakit COVID-19. Atau pengobatan yang dapat mencegah gejala COVID-19.

Yang menjadi pionir manusia sekarang adalah remdesivir, suatu obat antiviral yang diperbolehkan oleh FDA hanya untuk kegunaan darurat pada 1 Mei lalu. Obat remdesivir ini bukan obat resmi, namun uji klinik telah menunjukkan bahwa pasien virus corona dapat pulih dalam waktu yang cukup cepat.

Uji klinik lainnya juga telah menemukan bahjwa dexametahasone, obat yang umum dan murah dapat mengurangi kematian pada pasien yang sudah sangat parah terkena COVID-19.

Selain itu, perspektif lain menunjukkan bahwa hydroxychloroquine mampu menyembuhkan pasien COVID-19.

Mungkin saja di masa yang akan datang, metode pengobatan baru mulai dikembangkan dan membantu orang-orang untuk recover lebih cepat dari biasanya.

Menggunakan Masker Kesehatan akan Jadi Kebiasaan Baru

Sebelum pandemi, biasanya di sekolah-sekolah atau kampus menerapkan hanya menggunakan atau menyarankan penggunaan masker bagi siswa/mahasiswanya hanya ketika mereka sedang sakit atau tidak enak badan saja.

Namun di saat pandemi seperti ini, semua orang tentu harus tetap siaga dan sehat dengan mencegah. Apakah masker dapat mencegah virus corona? Bisa iya dan bisa tidak.

Di enam bulan yang akan datang, semua orang akan tetap disarankan menggunakan masker terutama masker kain karena masker sekali pakai hanya akan menambahkan beban lingkungan saja.

Contohnya saja, selama New Normal, polusi di Jakarta kembali memasuki peringkat terparah di dunia. Untuk tetap lindungi Bumi, kurangi penggunaan kantong plastik dan masker sekali pakai ya karena jumlahnya saat ini di lautan sudah sangat membludak. 🙁

Tetap gunakan masker ketika berpergian ke luar ya dan tetap patuhi physical distancing serta protokol kesehatan. INGAT, masker kain ya biar ga nambah beban lingkungan