fbpx

Saatnya Kita Membahas Pendidikan di Indonesia

[1]

Bahas pendidikan di Indonesia memang gak akan ada habisnya.

Mulai dari urusan administrasi yang ribet, korupsi di lingkungan sekolah, guru yang gak kompeten dan lain sebagainya. Bukan cuma urusan birokrasi dan gurunya aja yang bermasalah. Bahkan, muridnya pun bermasalah!

Semenjak tes PISA tahun 2012, Indonesia belum beranjak dari posisi bawah. Hasil tes PISA 2018 berturut-turut skornya adalah 371 untuk kemampuan membaca, 379 untuk Matematika dan 396 untuk Sains. Hasil ini turun dibanding tahun sebelumnya

Nih ada grafiknya

RajaBackLink.com
[2]

Ini parah banget!

Indonesia nilainya jauh dari rata-rata Internasional, bahkan buat menyentuh angka 400 aja gak sanggup. Ini membuktikkan kualitas pendidikan di Indonesia itu termasuk rendah. Ini PR bukan cuma buat pemerintah, tapi juga buat seluruh warga Indonesia.

Sebelum ke inti masalah, PISA itu apaan sih ?

PISA (Programme for International Student Assessment ) itu sebuah tes yang digunakan buat mengukur kemampuan akademis rata-rata di setiap negara. Tujuannya untuk mengetahui seberapa siap generasi muda di suatu negara untuk terjun ke dunia Industri dan menghadapi perkembangan zaman.


Tes PISA ini diadakan oleh OECD (Organization for Economic CO-operation and Development) dengan cara mengambil sampel anak berumur 15 tahun secara acak di setiap negara.


Btw, tes PISA ini gak sama kayak tes atau ujian di sekolah. Di tes ini kita dituntut buat memecahkan masalah sehari-hari dan soal kemampuan membaca, matematika, dan sains.

Tes PISA ini bener-bener menuntut buat menyelesaikan masalah dan bukan menghafal rumus.

Nih, admin ada contoh soalnya :


Terdapat almari es yang dilengkapi dengan Anti-Bacterial Health Guard yang akan membuat hidup Anda lebih segar dan lebih sehat dengan perlindungan alami yang higienis. 4 tahap pada filter “Health Guard” efektif menyingkirkan 99% bakteri, debu dan bau tak sedap. 3 tahap pertama melenyapkan bakteri yang bersirkulasi bersama udara dan filter terakhir menghilangkan bau tak

sedap.

Jika almari es ini difoto dari atas, maka gambar yang cocok adalah ….

Yap, itu salah satu contoh dari soal Matematika.

Keliatan sepele memang, tapi nyatanya walaupun sepele nilai tes PISA kita masih rendah.

Bahkan di tes kemampuan membaca nilai kita juga rendah. Padahal tesnya udah diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Sebenarnya ada apa dengan pendidikan kita ?

[3]

Perkenalkan, dia adalah Elisabeth Pisani. Dia adalah seorang jurnalis Reuters yang sering menulis tentang Indonesia. Salah satu bukunya, Indonesia Etc.: Exploring the Improbable Nation, adalah buku bagus yang mendapat banyak pengakuan internasional.

Dia juga punya sebuah website yang khusus menulis tentang Indonesia yang bernama Indonesia Etc.

Di salah satu artikel di websitenya, Pisani menyoroti hasil tes PISA Indonesia (Lagi-lagi tes PISA)

Tes PISA Indonesia sangat rendah menurutnya dan kalah dari negara tetangga di kawasan ASEAN. 

Dengan hasil tes yang rendah, itu menunjukkan kalau generasi muda Indonesia ini gak punya skill mumpuni untuk terjun ke dunia kerja dan menghadapi perkembangan zaman.

Aneh.. padahal kita generasi muda sekolah tidak main-main. Tugas yang menumpuk, guru killer, ujian nasional, semuanya udah kita lewati.

Lalu apa yang salah ?

Inilah rangkuman dari analisis Elisabeth Pisani :

1) Dana pendidikan di Indonesia sebenarnya sangat tinggi dianggarkan di APBN. Orangtua anak juga keluar biaya besar untuk pendidikan. Tapi dana-dana itu entah ‘bocor’ ke mana, karena kualitas pendidikan ya gitu-gitu aja.

2) Kualitas guru di Indonesia masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya, banyak orang sebenarnya tidak punya passion mengajar, namun menjadi guru hanya karena ingin menjadi PNS atau butuh pekerjaan. Di masa Soeharto, guru adalah birokrat dan bukan pendidik. Dan itu terbawa sampai sekarang. (Jadi admin pikir, gak semua guru itu pahlawan tanpa tanda jasa)

3) Banyak guru dan kepala sekolah yang suka ‘membolos’, khususnya di daerah-daerah terpencil. Ada yang tidak muncul di sekolah hingga berbulan-bulan! Padahal gaji jalan terus. Murid-murid jadi terbengkalai. Kalaupun gurunya datang ke sekolah, murid-murid hanya diberi tugas mengerjakan LKS karena gurunya malas mengajar.

4) Di Indonesia, tidak ada sistem yang memberi penghargaan (reward) bagi guru yang kreatif dalam mengajar, mendorong siswanya untuk maju dan sanggup berpikir kritis, dan sebagainya. Sistem kepangkatan masih diutamakan pada lamanya bekerja/senioritas, dan bukan pada kemampuan sang guru.

5) Sejak era otonomi daerah, kualitas pendidikan malah makin hancur. Kepala sekolah kini dipilih oleh kepala daerah dengan sistem balas jasa. Kejadian nyata di suatu daerah, ada kepala sekolah yang dipecat karena kebocoran uang sekolah dan berjudi. Ia kemudian bisa diangkat kembali jadi kepala sekolah, hanya karena ia menjadi timses kepala daerah yg menang dalam Pilkada! Kepsek-kepsek ini juga kini rela melakukan apa saja demi menyenangkan kepala daerahnya.

6) Di Indonesia, segala sesuatu bisa dibeli, termasuk ijazah. Orang bersekolah/kuliah untuk dapat ijazah, bukan untuk belajar sesuatu. Karena itu kualitas jadi tidak penting, yang penting punya gelarnya.

7) Berdasarkan penelitian, di negara-negara lain tutorial/les selaku berhasil membuat anak lebih pintar, namun hal itu tidak berlaku di Indonesia. Mungkin karena tipe les di Indonesia hanya mengajarkan tips/trik cara mengerjakan tes/ujian, dan bukan mengajari anak untuk benar-benar bisa memecahkan masalah (kadang bahkan guru lesnya yang membikinkan PR anak lesnya).

8) Kurikulum 2013 yang sempat akan diberlakukan bahkan meniadakan mata pelajaran sains untuk memberikan waktu lebih bagi mata pelajaran agama, PKN dan matematika. Bayangkan apa jadinya kalau sains ditiadakan.

Itulah problematika dari pendidikan Indonesia, banyak banget masalahnya.

Mudah-mudahan di tangan Menteri Pendidikan yang sekarang masalah ini dapat diatasi. 

-Diogenes

Sumber Gambar :

[1] Nita Strudwick Photography

[2] Zenius Education

[3] Harian Nasional

Referensi :

http://pemerhatipisaindonesia.blogspot.com/2016/01/soal-pisa-dan-jawaban-lengkap.html

https://www.zenius.net/blog/23169/pisa-20182-2019-standar-internasional

https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/improving-education-quality-indonesia-no-easy-task

https://id.quora.com/Mengapa-kualitas-pendidikan-di-Indonesia-sangat-rendah

http://indonesiaetc.com/apparently-42-of-young-indonesians-are-good-for-nothing